Purposive Sampling: Definisi – Salah satu teknik pengambilan sampel dalam penelitian yang bisa digunakan adalah purposive sampling. Ini termasuk jenis teknik sampling dengan pendekatan non probability sampling.
Penasaran dengan teknik sampling satu ini? Mari ketahui lebih lanjut mengenai purposive sampling, mulai dari pengertian, metode-metode, rumus, hingga contohnya di uraian bawah ini.
Pengertian Purposive Sampling
Dilansir buku Metodologi Kualitatif oleh Mamik, Sugiyono mengartikan purposive sampling yakni teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.
Menukil buku Biostatistik Dasar susunan Nur Anita, dkk, purposive sampling adalah teknik di mana peneliti membuat kisi-kisi atau batas-batas berdasarkan ciri-ciri subjek yang akan dijadikan sampel penelitian
Ini sejalan dengan pandangan Margono yang menyebut pemili
sekelompok subjek dalam purposive sampling didasarkan atas ciri-ciri tertentu yang dinilai punya sangkut paut dengan ciri-ciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya.
Dengan kata lain, unit sampel disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu yang diterapkan berdasarkan tujuan dari penelitian. Contohnya, penelitian berkaitan dengan disiplin pegawai, maka sampel yang dipilihnya adalah orang yang ahli dalam bidang kepegawaian.
Dikutip dari Buku Ajar Metode Penelitian oleh Ninit Alfianika, teknik purposive sampling lebih cocok di gunakan untuk penelitian kualitatif. Ini karena penarikan sampelnya harus di dasarkan pad
pertimbangan-pertimbangan ilmiah. Misalnya, sebuah penelitian ingin mengetahui cara sapaan suatu daerah. Maka sampel yang di pilih peneliti adalah orang yang tinggal lama di daerah tersebut.
Ada beberapa kategori yang bisa di pilih untuk menggunakan teknik pengambilan sampel purposive, yakni:
1. Maximum Variation Sampling
Pengambilan sampel maximum variation di kenal juga dengan heterogeneous sampling. Teknik sampling ini bergantung pada peneliti yang memilih partisipan dengan karakteristik yang
beragam. Ini di maksudkan untuk memastikan adanya variabilitas maksimum dalam data primer.
2. Homogeneous Sampling
Pengambilan sampel dengan teknik ini bertujuan untuk mengurangi variasi, menyederhanakan analisis, dan mendeskripsikan sub kelompok secara mendalam. Sampel homogen memiliki karakteristik yang sama. Dan intinya untuk bisa fokus pada kesamaan di antara sampel sehingga bisa di analisis kaitan satu sama lainnya dengan penelitian yang di lakukan.
3. Typical Case Sampling
Typical case sampling di gunakan ketika peneliti ingin menyoroti apa yang di anggap sebagai fenomena normal. Sampel umumnya di pilih berdasarkan kemungkinan mereka berperilaku mirip dengan orang lain yang punya karakteristik atau pengalaman sama.
https://www.sbsuitesanaheim.com/
4. Extreme Case Sampling
Teknik sampling extreme case berfokus untuk mengambil sampel dari kasus-kasus yang di anggap tidak biasa atau jarang terjadi. Dengan begitu, peneliti bisa mengembangkan pemahaman yang lebih tentang karakteristik suatu populasi. Jenis ini juga di sebut sebagai deviant case sampling
5. Critical Case Sampling
Sampling critical case di gunakan ketika satu atau sebagian kecil kasus bisa di gunakan untuk menjelaskan kasus serupa lainnya. Peneliti menggunakan teknik sampling satu ini pada tahap awal penelitiannya untuk menentukan apakah di perlukan penelitian lanjutan yang lebih mendalam.
6. Expert Sampling
Expert sampling di gunakan ketika penelitian memerlukan individu yang ahli dalam suatu bidang. Oleh karena itu, sampel pakar di pilih berdasarkan keahlian yang dapat di buktikan atau tingkat pengalaman yang di miliki. Jenis sampling ini berguna ketika kurangnya bukti observasi, saat mendalami bidang penelitian baru, atau ketika sedang melakukan penelitian eksplorasi.
Kelebihan Purposive Sampling
Penggunaan teknik sampling purposive memiliki sejumlah keuntungan, sebagai berikut:
Pengambilan sampelnya hemat biaya dan waktu
Teknik pengambilan sampel purposive bisa jadi satu-satunya metode yang tepat jika sumber data primer dalam penelitian terbatas jumlahnya
Jenis sampling ini memungkinkan efektif dalam mengeksplorasi situasi antropologis
Purposive sampling cocok di gunakan dalam penelitian kualitatif.
Kekurangan Purposive Sampling
Selain kelebihan, purposive sampling juga memiliki kekurangan, yaitu:
Rentan terhadap kesalahan penilaian si peneliti
Tingkat bias yang tinggi
Tidak mampu menggeneralisasi temuan penelitian.
Rumus Purposive Sampling
Mengutip buku Statistika Penelitian Pendidikan oleh Rahmi Ramadhani dan Nuraini Sri Bina, purposive sampling menggunakan rumus Slovin. Adapun rumus ini di gunakan apabila anggota populasi lebih dari 30 sehingga perlu di hitung jumlah sampel minimal yang dapat mewakili total populasinya. Berikut rumus Slovin atau rumus purposive sampling:
Contoh Purposive Sampling
Ada beberapa contoh teknik sampling purposive, seperti:
Sebuah penelitian menyelidiki tingkat kriminalitas di sebuah daerah. Maka informan yang diambil adalah Kapolresta wilayah tersebut, pelaku kriminal, dan korban kriminal yang di sana.
Ada studi mengenai dampak skandal pajak terhadap citra brand Starbucks Coffee di Jakarta. Jika memakai teknik purposive sampling, maka peneliti bisa pergi ke salah satu jalan di Jakarta dan menghentikan orang-orang di sana yang merupakan
pelanggan Starbucks untuk di tanyai.
Tujuan sebuah penelitian adalah untuk mengetahui pola penggunaan media sosial oleh perusahaan konsultan IT global yang berbasis di Bandung. Dengan menggunakan teknik sampling purposive maka peneliti bisa memilih perusahaan IT karakteristiknya sesuai dengan penelitian tersebut.
Itulah penjelasan mengenai purposive sampling, mulai dari pengertian, rumus, contoh, serta kelebihan dan kekurangannya.