Studi Ungkap Pendapat Pythagoras Tentang Ini Salah, Soal Apa?

Studi Ungkap Pendapat Pythagoras Tentang Ini Salah, Soal Apa?

Siapa yang tak mengenal sosok Pythagoras? Ia adalah seorang filsuf sekaligus ahli matematika yang terkenal dengan teorinya yakni Teorema Phytagoras.

Ia berperan besar dalam dunia matematika karena telah mengenalkan rumus untuk mengetahui nilai dari sisi hipotenusa atau sisi yang berseberangan dengan sudut siku-siku atau sisi miring. https://www.thepalmresortdigha.com/

Akan tetapi, di balik kejeniusannya tersebut ternyata ada salah satu pendapatnya yang salah. Kesalahan Pythagoras berkaitan dengan pendapatnya soal nada yang terdapat dalam musik.

Menurutnya, kombinasi nada-nada harmonis yang dikenal sebagai konsonan musik mengandalkan ‘rasio bilangan bulat’ sederhana dalam frekuensi. Pythagoras menyatakan rasio bilangan bulat tersebut berlaku untuk alat musik apapun.

Teori Pythagoras ini diterapkan dalam sistem nada yang sering digunakan, misalnya skala diatonis mayor atau minor. Setelah para ilmuwan mendalami pendapat dari Pythagoras, rupanya ada ketidaksesuaian dengan hasil pengamatan mereka.

Dalam studi berjudul “Timbral effects on consonance disentangle psychoacoustic mechanisms and suggest perceptual origins for musical scales” (2024), para peneliti mencoba mengungkap alasannya.

Teori Pythagoras tak Berlaku bagi Alat Musik Indonesia

Salah satu peneliti yang juga merupakan psikolog musik, Peter Harrison mengatakan ia dan tim telah mewawancara 4.272 sukarelawan seputar reaksi mereka terhadap nada yang mengandalkan rasio bilangan bulat.

Mereka mengatakan hasilnya kurang disukai. Nada yang lebih bebas dan menyimpang dari ketentuan rasio bilangan bulat juga enak terdengar bahkan lebih menarik.

“Kami lebih menyukai sedikit penyimpangan. Kami menyukai sedikit ketidaksempurnaan karena ini memberi kehidupan pada suaranya, dan itu menarik bagi kami,” kata psikolog musik Peter Harrison, dari Universitas Cambridge, dikutip dari laman IFL Science.

Para peneliti pun menyimpulkan rasio bilangan bulat tersebut bisa diabaikan karena tak berlaku bagi sebagian alat musik tradisional. Khususnya, pada alat-alat musik asal Indonesia seperti gong, gambang, atau bonang.

Dalam penelitian khusus pada alat-alat musik Indonesia, peneliti menemukan pola konsonan dan disonansinya bersifat baru. Selain itu, nada-nada pada alat musik Indonesia tak bisa dipetakan secara tepat lewat tangga nada.

Hal ini tentunya bisa membuat Pythagoras yang sepenuhnya yakin rasio bilangan bulat berlaku untuk semua instrumen. Teori matematis Pythagoras tak bisa digunakan dalam mempelajari nada pada alat musik tertentu.

“Bentuk beberapa instrumen perkusi berarti ketika Anda memukulnya, dan instrumen tersebut beresonansi, komponen frekuensinya [nada] tidak mengikuti hubungan matematis tradisional tersebut,” kata Harrison.

Musisi Bisa Membuat Sistem Skala Lokal

Tim berharap temuan mereka yang mencakup total 235.440 penilaian manusia dapat membuka pikiran dalam memahami nada-nada. Musisi maupun penikmat musik tak perlu mengacu pada skala internasional yang saat ini banyak dipelajari.

Ke depannya, peneliti akan terus melakukan eksperimen untuk mengetahui instrumen dan budaya yang lebih luas. Hubungan timbre dan konsonan bisa dibuat sedemikian rupa, menyesuaikan dengan jenis kebudayaan.

“Musisi dan produser mungkin bisa membuat karyanya lebih baik jika mereka mempertimbangkan temuan kami dan mempertimbangkan untuk mengubah timbre, kualitas nada, dengan menggunakan instrumen asli atau sintetis yang dipilih secara khusus,” kata Harrison.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *